Gue ke Thailand bersama 4 orang teman, yaitu Angga, Darto,
Laila, dan Faris (BB ponds team). Di Thailand, kami mengunjungi 2 kota
terbesar, yaitu Bangkok dan Chiang Mai. Bangkok merupakan ibukota dari Thailand
yang menurut gue tidak banyak berbeda dari Jakarta, mulai dari kesibukannya,
kepadatannya, hiruk pikuknya, bangunannya, sampai udaranya (namun lebih panasan
Bangkok sih). Yang berbeda disini adalah terdapat banyak temple megah yang
berdiri di tengah kota jika kita berada di Bangkok. Selama di Bangkok, kami
lebih memilih untuk menggunakan transportasi bus umum, perahu, dan BTS karena
harganya yang murah (rata-rata dibawah 10TBH/Rp 4.250, kecuali untuk BTS ya
karena harganya diatas itu). Kami pun tidak khawatir kelaparan saat malam hari
karena banyak pasar-pasar yang masih ramai di Bangkok (maklum, sampai Bangkok
malam hari).
Day 1
Today is temple day! Hari ini kami berencana untuk
mengunjungi temple-temple yang ada di Bangkok. Kami berangkat pagi-pagi dari
hostel ke Chao Phraya River untuk menaiki perahu dan mengunjungi Wat Pho. Wat
Pho ini juga disebut sebagai The Temple of Reclining Buddha dimana terdapat
patung Buddha berwarna emas yang sangat besar sedang berbaring. Tiket masuk Wat
Pho ini adalah 100TBH dan sudah mendapatkan sebotol kecil air minum. Cukup
membantu memang air putih tersebut karena Wat Pho sangat-sangat luas dan kami berkeliling ke setiap sudut.
Kami juga memasuki ruangan dimana terdapat patung
Buddha yang tertidur. Masuk ke ruangan ini diharuskan melepas alas kaki. Kita akan diberikan kantong plastik untuk membawa alas kaki kita.
Kami juga memasuki ruagan tempat beribadah dan tentu saja alas kaki juga dilepas ya.
Setelah puas berkeliling Wat Pho, kami mencari makan di sekitar dan mengunjungi Wat Arun. Keindahan Wat Arun sudah terlihat sejak kami naik perahu di Chao Phraya River. Tiket masuk Wat Arun ini adalah 50TBH. Detail ornamen Wat Arun lebih ciamik menurut gue dibandingkan Wat Pho. Ornamen tersebut berasal dari porselen dan keramik Tiongkok. Semua keindahan Wat Arun membuat gue jatuh cinta pada pandangan pertama untuk setiap sudutnya! Hal mengejutkan lainnya dari Wat Arun adalah para pedagang di pasar Wat Arun yang jago berbahasa Indonesia. Wat Arun juga sangat cantik dilihat saat senja atau saat matahari terbenam. Sayangnya kami tidak mendapatkan momen tersebut karena malam ini kami akan langsung berangkat ke kota selanjutnya, Chiang Mai.
Sungai Chao Phraya River berlatarkan Wat Arun |
*sayang banget ga moto bus double decker beserta isi-isinya :(
Day 2
Kata orang, belum ke Chiang Mai bila tidak berkunjung ke temple
paling suci di Chiang Mai, Wat Phrathat Doi Suthep. Temple ini dapat dicapai
setelah menaiki 300an anak tangga. Namun tidak perlu khawatir, karena Doi
Suthep juga memiliki lift jika tidak kuat naik tangga. Sesampainya diatas, kami
berkeliling temple dan kami memasuki pagoda yang semuanya berwarna emas! Beda
banget deh sama temple-temple yang udah pernah kita datangi karena disini
terasa lebih sakral.
Pemandangan kota Chiang Mai juga dapat dilihat dari Doi
Suthep lohhh!
Day 2
Udara dingin menyambut kedatangan kami saat tiba di Chiang
Mai pada pagi hari. Beberapa orang menghampiri kami dan menawarkan kendaraan
untuk mengantar kami ke tempat tujuan. Kami pun menanggapi salah satu
bapak-bapak yang menyapa kami. Untungnya beliau sedikit mengerti bahasa
Inggris. Bapak tersebut menawarkan untuk mengantar kami ke hostel tempat kami
menginap yaitu di The Dorm Chiang Mai (Old City) menggunakan Songthew (sejenis
angkutan umum berwarna merah yang ada di Chiang Mai). Melihat tidak ada pilihan
lain, kami pun menawar harga yang sebelumnya di tembak oleh bapak tersebut dan
akhirnya kami mufakat. Sesampainya di hostel, bapak tersebut juga menawarkan
untuk mengantarkan kami ke tempat-tempat wisata yang ingin kami kunjungi di
Chiang Mai. Dengan banyak pertimbangan dan review yang kami baca sebelumnya,
kami memutuskan untuk menerima tawaran bapak tersebut dan terjadilah tawar
menawar harga dan tempat, yaitu 1500TBH untuk 5 orang dan mengunjungi 3 tempat
dalam sehari, yaitu Doi Pui Hmong Village, Bhubing Palace, dan Doi Suthep.
Destinasi pertama yang kami datangi adalah Doi Pui Hmong Village. Desa ini memiliki latar belakang pemandangan indah dan udara pegunungan yang segar. Untuk mencapai Doi Pui Hmong Village, kami berjalan melalui tangga yang kanan kirinya menjual berbagai macam kerajinan dan barang-barang khas Thailand yang unik dan lucu. Tiket masuk ke tempat ini adalah 10TBH.
Doi Pui juga memiliki kafe dan kita bisa mencapainya jika kita naik tangga ke dataran yang lebih tinggi, namanya Hmong Doi Pui Family Coffee. Kami memesan berbagai macam minuman dari milkshake strawberry hingga kopi. Seger banget!
Kami juga mengunjungi Bhubing Palace, yaitu kediaman musim
dingin bagi keluarga Kerajaan Thailand. Tiket masuknya adalah 50TBH. Disini kami
berkeliling lingkungan keluarga Kerajaan namun kami tidak diperbolehkan masuk
ke rumah dan banyak penjaga yang berjaga di sekitar. Walaupun lingkungan
kediaman ini luas, kalian tidak perlu khawatir akan tersesat karena banyak
papan penunjuk jalan dan saat masuk akan diberikan peta serta informasi
mengenai Bhubing Palace. Bhubing Palace juga memiliki kebun bunga, penampungan air, hingga bambu raksasa.
Taman bunga |
Penampungan air |
Makan di Chiang Mai ga perlu cemas karena di Old City ada
pasar yang menjual berbagai macam makanan jika sudah sore! Tidak hanya itu,
kami juga sempat masuk ke temple saat malam hari yang padahal seharusnya temple
tersebut sudah tutup namun teman kami berhasil membujuk penjaganya untuk dapat
di bukakan :)
Old City sunset |
Night at the temple |
Day 3
Hari ini adalah salah satu hari yang paling gue
tunggu-tunggu selama di Chiang Mai karena hari ini kami akan mengunjungi desa
Long Neck Karen. Masih menggunakan jasa bapak Songthew yang kemarin, kami
kembali tawar menawar harga untuk destinasi pada hari kedua di Chiang Mai. Akhirnya
kami mendapatkan harga 500TBH untuk 5 orang dan mengunjungi 2 tempat, yaitu
desa Long Neck Karen dan Mae Sa Elephant Camp.
Tiket masuk ke Long Neck Karen Village terbilang cukup
mahal, yaitu 500TBH. Pertama kali berjalan masuk, sempet mikir “yah gini doang
nih”, tapi pas udah makin masuk ke dalem dan melihat langsung penghuni desa
tersebut serta barang jajakannya.... hmm terpesona deh! Para perempuan di desa
Long Neck Karen disebut sebagai “giraffe woman”. Bagaimana tidak, para
perempuan tersebut memiliki leher panjang karena mengalungi cincin besar di
leher mereka dan tidak boleh dilepas apapun aktifitas yang dilakukan mulai dari
makan hingga tidur. Mereka telah menggunakan cincin di leher mereka sejak umur
2 tahun dan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia mereka. Gue
salut banget dengan perempuan-perempuan di desa tersebut yang masih
mempertahankan tradisi mereka walau cincin yang mereka gunakan sangat
berat. They said, the longer their neck,
the more beautiful the woman.
Pas baru masuk ketemunya ibu-ibu ini |
Interview bentar |
Foto keluarga |
Selain di leher, cincin juga dapat digunakan di bawah lutut,
pergelangan kaki, bahkan sebagai anting. Sedangkan laki-laki di desa ini, mereka
menggunakan sesuatu seperti benang kasur berwarna kuning di leher mereka. Namun
kurang paham juga untuk laki-laki dewasanya ya karena yang gue lihat hanya anak
laki-lakinya saja.
Si judes, tapi lovely |
Jangan ragu juga untuk mengajak ngobrol pada warga di desa
ini karena mereka sangat welcome menjawab pertanyaan kita, selama mereka masih
mengerti dan bisa mengutarakannya dalam bahasa Inggris. Kami juga berfoto
dengan beberapa perempuan dan anak kecil di desa ini namun jangan lupa untuk
membeli barang-barang yang mereka jual terlebih dahulu ya! Bagus-bagus kok dan
masih bisa ditawar asal ga tawar sadis karena kasian juga sih mereka hidup dari
barang yang mereka jual, walaupun tiket masuk desa tersebut juga dialokasikan
untuk warganya.
FYI, ini harganya 1000TBH :((((( |
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke Mae Sa Elephant
Camp. Sebenarnya yang ingin kami tuju adalah Elephant Jungle Sanctuary, namun
karena salah paham atau gimana, driver membawa kami ke Mae Sa Elephant Camp
yang memang lokasinya tidak jauh dari Long Neck Karen Village. Tiket masuk ke
tempat ini adalah 250TBH. Banyak hal yang dapat dilakukan disini, seperti
melihat dan memberi makan gajah (bisa membeli pisang dan sejenis bambu untuk
makanan gajah di dalam Mae Sa), melihat atraksi gajah, menaiki gajah, hingga
memandikan gajah. Namun saat di Mae Sa yang kami lakukan hanya memandangi gajah
dan melihat atraksi mereka, mulai dari bermain bola, hingga melukis namun kami
tidak sempat memandikan gajah karena memandikan gajah baru dimulai jam setengah
4 sore sedangkan kita harus kembali ke hotel untuk menuju Bangkok.
Setelah merasa cukup di Mae Sa Elephant Camp, kami kembali
ke Old City dan mencari makan. Gue juga sempet mampir di Chiang Mai Saturday
Market karena kebetulan hari itu adalah hari Sabtu namun hanya sebentar karena
dikerjar waktu untuk menuju terminal bus. Kami menggunakan bus double decker
kembali untuk perjalanan ke Bangkok. Kali ini kami memilih bus VIP karena harga
yang tidak jauh beda setelah ditawar (disini bisa ditawar!). Bus VIP hampir
sama dengan bus kelas 2 namun makanan yang didapat lebih banyak dan ada tv
kecil di setiap kursi (tapi semuanya berbahasa Thailand, gada bahasa Inggrisnya)
serta luas kursi yang lebih lega sehingga kursi dapat ditiduri. Bus ini juga
mendapatkan makanan di restaurant tempat bus berhenti saat istriahat. Waktu
yang ditempuh juga lebih cepat satu jam.
Day 4
Today is shopping day!! Yeayyy hari ini kami akan mengunjungi
salah satu weekend market terkenal di Bangkok, yaitu Chatuchak Weekend Market!
Pagi hari setelah tiba di Bangkok kembali dan telah menaruh barang bawaan kami di hostel (Yellow
Mango Hostel), kami langsung berangkat menuju Chatuchak menggunakan BTS. Jika
kesini dibawah jam 10, maka masih banyak toko yang tutup dan baru buka namun
masih sepi dan siangan dikit, Chatuchak sudah ramai banget. Jadi menurut gue
waktu terbaik ke Chatuchak adalah jam 2 atau 3 siang. Banyak hal yang dijual di
Chatuchak, mulai dari fashion, makanan, oleh-oleh khas Thailand, seperti baju,
celana, tas, buku, pajangan, aksesoris yang semuanya identik dengan ciri khas
Thailand, yaitu gambar gajah dan motif tribal hingga menjual aroma therapy atau
sabun yang bentuknya agak senonoh! Pokoknya mau cari apa aja ada deh di
Chatuchak! Asal sabar dan mau muter-muter ya~
Belum puas belanja di Chatuchak, sore hari kami menuju
Asiatique Riverfont. Katanya sunset disini bagus namun saat kami kesana, awan
mendung menutupi langit sehingga kami tidak dapat melihat sunset. Untuk menuju
kesini, kami menggunakan kapal yang telah disediakan khusus ke Asiatique. Kalau
dilihat, Asiatique mirip dengan Paris Van Java Bandung tapi bedanya ini di tepi
sungai. Asiatique mirip dengan market-market lainnya yang ada di Bangkok karena
bisa belanja dan banyak tempat makan. Namun pembedanya adalah di Asiatique
memiliki bianglala besar yang sering juga disebut sebagai “Bangkok Eyes”. Kami
ga sempat naik si bianglala besar ini karena uang kami sudah habis dipakai
belanja dan saat ini untuk orang dewasa dikenakan tarif sebesar 400TBH untuk
dapat menaikinya.
Day 5
Meski hari ini adalah hari terakhir di Bangkok, gue masih
penasaran ingin belanja di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok,
yaitu Platinum. Sebelumnya gue udah pernah merasakan belanja di sini pada awal
tahun 2015, namun merasa tidak puas karena saat itu diburu waktu. Satu hal yang
gue pelajari dari belanja disini adalah jangan terlalu cepat mengambil
keputusan untuk membeli baju karena jatohnya bisa ga cocok saat dipakai karena
beli baju disini gaboleh dicoba terlebih dahulu! Kita diharuskan membayar dahulu
baru bisa mencoba baju yang kita beli namun ada beberapa toko yang memperbolehkan
kita menukar baju jika dirasa tidak cocok tapi uang tidak dapat kembali. Berkat
hal ini, gue menyesali 2 dari 4 baju yang gue beli karena menurut gue engga
sebegitu bagus seperti yang ada di pikiran gue. Dan gue pun berfikir, harga
baju disana hampir sama dengan harga baju online shop di Indonesia, malah lebih
bagus di Indonesia walau hanya lihat dari gambar. So, buat yang gila belanja,
belajarlah untuk menahan diri ya! Lebih baik belanja di pasar saja.
Setelah itu pun gue mendatangi Pratunam Martket yang tidak
jauh dari Platinum karena rasa penasaran pula. Namun gue masih mengagungkan
Chatuchak karena Pratunam Market biasa aja menurut gue. Dan yaaah Pratunam
Martket adalah destinasi terakhir kami saat berada di Bangkok dan kini waktunya
kami kembali ke kehidupa nyata. Selamat tinggal Bangkok, see you when I see
you!
Q&A selama di Bangkok dan Chiang Mai
1. Tempat paling favorit atau berkesan?
LONG NECK KAREN VILLAGE!! Tiket masuknya emang mahal tapi
worth it banget! Lebih worth it menurut gue daripada Grand Palace karena harga
tiket masuknya sama. Sebelumnya cuma bisa liat dari foto aja tentang giraffe
woman, tapi sekarang bisa ngeliat secara langsung bahkan ngobrol! Keluarin deh
tuh semua pertanyaan kecil yang bikin kepo.
2. Momen paling unik?
Saat lagi di terminal bus antar kota, lagi nyari tempat
makan (KFC) dan tiba-tiba ada lagu kebangsaan Thailand diputar dan semua orang
serentak langsung berdiri dan berhenti melakukan aktifitasnya saat itu.
Merinding!
3. Hal yang pengen dilakukan dan belum terlaksana?
Mandi bareng gajah! Udah niat banget ampe bawa baju ganti
dan udah ngiler liat foto-foto serta reviewnya.. Apalah daya belom jodoh ama gajah.
4. Hal yang paling
disesali?
Kurang menyisihkan uang untuk naik bianglala. Padahal tujuan
ke Asiatique pengen naik bianglalanya.....
5. Budget terbesar kepake ditempat apa?
Tentu saja Long Neck Karen Village.
6. Rating overall buat trip ke Thailand?
8/10
7. Hostel rekomen?
Kalo di bangkok ada di Yello Mango Hostel karena bersih,
nyaman, enak, deket lingkungan islam (jadi makanannya halal semua) dan dekat
dengan BTS. Kalo di Chiang Mai, The Dorm Chiang Mai karena harganya yang murah
(100TBH untuk dorm isi 8 orang) dan dekat dengan Old City.
Tips and Trick ke Bangkok dan Chiang Mai versi gue
1. Biasakan menggunakan pakaian yang sopan dan tertutup aja
karena kebanyakan destinasi di Thailand adalah temple yang mana harus
berpakaian sopan, kecuali jika ke pantai ya.
2. Kacamata hitam dan topi karena disana panassss banget!
3. Sediain air putih di tas karena itu tadi panas dan banyak
berjalan. Gue juga nyaranin beli air putih di sevel aja karena murah.
4. Bagi yang picky
sama makanan, Thailand bener-bener gabisa ditebak sih rasa makanannya. Mending
beli sesuatu yang pasti-pasti aja dan kalo kalian ke KFC, jangan lupa bilang
“GA PAKE BUMBU, JUST RICE AND CHICKEN” karena nasi ayam KFC disana diwarnai
bumbu-bumbu bawang dan apalah itu yang rasanya ga banget. Apalagi bagi yang
muslim, disana banyak babinya.
5. Bawa baju secukupnya, bener-bener secukupnya apalagi yang
backpacker kaya gue yang kadang ga ganti baju karena ga sempet. Apalagi pasti
kalian tergiur untuk beli baju disana.
6. Belanja di Chatuchak aja karena menurut gue ini pasar
terlengkap dan termurah, jadi puas-puasin disana. Tapi inget, tawar dulu
sebelum membeli.
7. Menggunakan kendaraan umum karena lebih aman, murah, dan
ga capek.
8. Cari penginapan yang dorm karena lebih murah, bisa di booking di booking.com
NB : maaf ya gada foto di pasar-pasar karena fokus belanjan :3
See u in 2018!